Adikku seorang gadis kecil yang berhati lembut...
Adikku seorang gadis kecil yang berhati mulia...
Adikku seorang gadis kecil dengan pikiran polos...
Adikku seorang gadis kecil dengan impian indah...
Adikku seorang gadis kecil tanpa dendam...
Adikku seorang gadis kecil tanpa benci...
Adikku seorang gadis kecil cantik bak seorang putri...
Adikku seorang gadis kecil cantik bak bulan dikala purnama...
Adikku seorang gadis kecil yang bertekad kuat...
Adikku seorang gadis kecil yang bernyali tinggi...
Adikku seorang gadis kecil yang selalu menyayangi...
Adikku tersayang,
mungkin empat belas tahun yang lalu.. kakakmu ini sempat cemburu melihat mama lebih memperhatikan tendanganmu daripada rapor berangking kakak. Kakak juga cemburu melihat mama lebih sering mengelus-elusmu daripada menyisir rambut kakak. Bahkan kakak hampir membencimu atas semua perhatian yang diberikan padamu. Dan saat melihat wajah mama menahan sakit, rasanya kakak benar-benar ingin segera mengeluarkanmu dan memarahimu, berani-beraninya kamu membuat mama yang paling kucintai menderita! Sungguh adikku, kau harus memaafkan kakakmu yang berusia delapan tahun itu.
Adikku tersayang,
hari Jumat siang itu, saat pertama kali melihat tangan merah muda mungilmu, yang ada dipikiran kakak adalah cantiknya adik kecilku, kau terlihat begitu kecil... rapuh.. tapi tenang saja, ada Mas Agus yang sangat kuat, dia bisa menggendong kakak sepanjang sungai jika kami pergi memancing. Ada juga Mbak Sus yang akan membuatkanmu baju-baju indah yang selalu kakak kenakan. Aku punya seorang adik! Kakakmu yang berusia delapan tahun itu tak tahu harus bagaimana.
Adikku tersayang,
genap empat belas tahun lebih satu hari aku menjadi kakakmu, namun kakak tetap saja melihat seorang gadis mungil usia tiga tahun dengan rambut keriting ikal yang selalu tersenyum manis saat dipanggil namanya. Namun tak terasa tahun depan kamu sudah harus memakai seragam putih-abu, sibuk jalan-jalan dengan sahabat-sahabatmu, dan pacaran? Untuk yang terakhir kakak akan sependapat dengan Bapak. BIG N-O!
Adikku tersayang,
sering kali kita beradu pendapat, dan air mata biasanya menjadi senjata pamungkasmu. Kakak mungkin bukan kakak yang kamu impikan, tapi inilah kakakmu, yang selalu siap perang jika ada yang mengganggumu, yang terlihat cuek namun sangat mengkhawatirkanmu, yang sering memarahimu namun diam diam sangat mengagumimu. Dari sini kakak hanya bisa berdoa semoga Allah SWT selalu melimpahi kasih sayang, semoga semakin berbakti sama papi sama mamami, makin sayang sama kakak-kakak dan ponakannya, semoga makin cerdas rajin pintar supaya bisa masuk SMA favoritnya, dan meraih apa yang dicita-citakan.. Amiiiin.....
Pengagummu,
Kakak keempat
1 komentar:
aamiin..
Posting Komentar